Mojokerto, Metrosurya.com – Kematian Mukhamat Alfan (18), siswa SMK asal Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, menimbulkan tanda tanya besar. Alfan ditemukan tewas mengapung di Sungai Brantas, tepatnya di Desa Bulang, Kecamatan Prambon, yang berada di wilayah perbatasan Mojokerto–Sidoarjo, pada Senin (5/5/2025) sore. Saat ditemukan, ia masih mengenakan seragam sekolahnya di Kecamatan Mojosari.
Pihak keluarga menduga adanya kejanggalan dalam kematian Alfan. Mereka menemukan luka lebam di bagian dada jenazah dan mencurigai adanya unsur penganiayaan sebelum korban meninggal dunia.
Atas dasar temuan tersebut, keluarga melaporkan kasus ini ke Polres Mojokerto dan meminta agar kematian Alfan diusut tuntas.
Kasi Humas Polres Mojokerto, Iptu Suyanto, membenarkan adanya laporan dari pihak keluarga.
“Memang benar ada laporan dari keluarga MA setelah muncul dugaan itu. Namun, hasil autopsi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan,” kata Suyanto kepada wartawan, Rabu (14/5/2025).
Mengenai dugaan penganiayaan, polisi belum memberikan keterangan lebih lanjut. “Perkembangan berikutnya akan kami sampaikan kemudian,” ujarnya.
Alfan dilaporkan tidak pulang sejak Sabtu (3/5/2025). Keluarga sempat panik dan mencari keberadaannya hingga dua hari kemudian jasadnya ditemukan di sungai.
Beredar informasi bahwa Alfan sempat terlibat perkelahian dengan dua teman sekolahnya, yakni RF dan SM. Hal ini dibenarkan oleh Kepala SMK Raden Rahmat, Nanang Bahrurrozi, yang menyatakan bahwa perkelahian merupakan pelanggaran berat di lingkungan sekolah.
“Perilaku seperti itu jelas melanggar aturan sekolah. Kami akan mencari solusi terbaik agar kejadian ini tidak berdampak buruk pada psikologis siswa lain,” ujar Nanang.
Ia juga membuka opsi pemindahan sekolah bagi siswa yang terlibat. “Harapan kami ada konsekuensi, tetapi tidak sampai menghambat masa depan anak-anak,” tambahnya.
Berdasarkan informasi dari guru Bimbingan Konseling (BK), Alfan dan SM sempat dijemput oleh seseorang berinisial RO setelah pulang sekolah pada Sabtu (3/5/2025). RO diketahui merupakan paman dari RF, salah satu teman sekolah Alfan.
Pertemuan antara pihak sekolah, guru BK, RF, SM, serta orang tua mereka telah dilakukan pada Senin (5/5/2025). RO juga hadir dalam pertemuan tersebut.
“Informasinya begitu, Alfan dan SM dijemput oleh RO. Menurut laporan yang saya terima, almarhum diajak oleh SM,” jelas Nanang.
Pihak sekolah mengaku belum sempat bertemu langsung dengan RF dan SM. “Kemarin disepakati bahwa mereka akan belajar dari rumah selama seminggu. Hari ini kami berencana menggelar rapat untuk menelusuri kronologinya,” imbuhnya.
Sementara itu, kuasa hukum keluarga korban dari Mukhlis & Partner menyatakan dugaan kuat adanya unsur penganiayaan berat, bahkan pembunuhan.
“Tidak ada perselisihan antara Alfan dan RF. Perselisihan justru terjadi antara SM dan RF,” tegas kuasa hukum (17/05). @red
Editor : redaksi