Metrosurya.com, Magelang - emasuki bulan Ramadan 1446 Hijriyah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembelian berlebihan serta meminta para pedagang untuk tidak menimbun barang. Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas harga dan memastikan ketersediaan bahan pokok bagi seluruh masyarakat.
"Selamat menyambut bulan Ramadan 1446 Hijriyah. Jika ada kebutuhan yang harus dipenuhi, mohon tidak melakukan pembelian berlebih atau panic buying. Begitu juga para pedagang, jangan menimbun barang," ujarnya.
Khofifah juga menyampaikan bahwa dirinya harus menyesuaikan jadwal bersama DPRD Provinsi Jawa Timur. Semula, penyampaian visi-misi dijadwalkan pada 3 Maret, namun harus ditunda karena serah terima jabatan (sertijab) di tingkat kabupaten/kota yang harus dilakukan maksimal 14 hari kerja setelah pelantikan.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah mengajak seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat Jawa Timur untuk terus menjaga kondusivitas daerah agar stabilitas tetap terjaga.
"Tentu innovative financing harus diterapkan dengan melihat berbagai kemungkinan agar efisiensi tetap bisa dilakukan tanpa mengganggu pencapaian target Indeks Kinerja Utama (IKU)," tambahnya.
Lebih lanjut, Khofifah memaknai Retreat Kepala Daerah kali ini sebagai ajang silaturahmi yang tidak mudah dan tidak murah karena melibatkan banyak kepala daerah dengan jadwal yang padat. Ia juga menekankan bahwa innovative financing harus menjadi perhatian utama bagi seluruh kepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Menurutnya, kepala daerah perlu menindaklanjuti Instruksi Presiden (Inpres) terkait efisiensi anggaran.
"Kita harus bisa menginisiasi percepatan transformasi ilmu yang diperoleh di sini. Dengan begitu, kita dapat menerapkan innovative financing secara lebih luas dan optimal," tuturnya.
Khofifah juga menyoroti pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan daerah. Ia menyebut bahwa di Singosari, Kabupaten Malang, terdapat Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) milik Kementerian Pertanian. Keberadaan BBIB ini menjadi salah satu faktor tingginya populasi sapi potong dan perah di Jawa Timur.
"Karena ekosistemnya terbangun dengan baik, kami siap menjadi mentor agar swasembada daging bisa tercapai," ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa ketahanan pangan harus dipetakan secara detail dan tidak hanya berfokus pada satu komoditas. Setiap daerah bisa menyesuaikan dengan potensinya masing-masing, misalnya palawija, ayam pedaging, ayam petelur, serta daging sapi.
"Sapi adalah komoditas yang possible untuk di-breakdown sesuai potensi lokal. Jawa Timur siap menjadi mentor bagi daerah lain," tegasnya.
Khofifah menegaskan bahwa beberapa poin dalam Asta Cita harus diperinci lebih lanjut, terutama yang berkaitan dengan ketahanan pangan (Asta Cita kedua), peningkatan kualitas SDM (Asta Cita keempat), serta pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan (Asta Cita keenam).
"Asta Cita kedua berkaitan dengan ketahanan nasional, termasuk ketahanan energi, pangan, dan air. Oleh karena itu, hal ini perlu breakdown lebih detail agar selaras dengan program pemerintah pusat dan daerah," katanya.
Retreat ini juga menjadi momentum bagi para kepala daerah untuk mengintegrasikan pola pikir sistemik dan programatik dalam pemerintahan. Menurut Khofifah, sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sangat diperlukan agar pembangunan lebih efektif.
"Tidak ada daerah yang lebih unggul dari yang lain. Yang ada hanyalah perbedaan pengalaman dan percepatan dalam penerapan kebijakan. Dengan saling berbagi, kita bisa memunculkan keunggulan kompetitif dan komparatif dari setiap daerah," ungkapnya.
Usai mengikuti rangkaian agenda Retreat Kepala Daerah di Akademi Militer (Akmil) Magelang pada Jumat (28/2), Gubernur Khofifah menegaskan komitmen Jawa Timur untuk menyinergikan program Nawa Bhakti Satya dengan Asta Cita.
Dengan sinergi tersebut, diharapkan pembangunan di Jawa Timur dapat semakin optimal serta mampu berkontribusi dalam pencapaian program nasional. (@dex)
Editor : redaksi